CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 05 Desember 2009

"ANIME & MANGA"


"Anime & Manga", kalimat itu pasti sangat familiar di telinga kita.

  • Naruto
  • One Piece
  • Inuyasha
  • Sailormoon
  • Cardcaptor Sakura
  • Gundam Seed
  • Bleach
  • dll...
Judul-judul tersebut sudah sangat melekat di kehidupan kita, karena merupakan judul-judul shonen yang sudah dan sedang booming di Indonesia. Memang manga buatan Jepang sangat asyik, karena mulai dari gambar-gambarnya yang detil, lucu, juga ceritanya yang tidak membosankan dan membuat kita penasaran.
Manga Jepang atau komik Jepang pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1970-an lewat serial Candy-Candy yang ceritanya masih terpengaruh oleh gaya ala kehidupan barat. Disusul Doraemon yang mulai bercerita tentang kehidupan masyarakat Jepang dan mulailah manga-manga lainnya bermunculan hingga sekarang. Apa pengaruhnya bagi kita? Selain dapat mengetahui kehidupan masyarakat Jepang, mempelajari bahasanya, adatnya, kita juga dapat mengetahui info-info yang tidak kita ketahui sebelumnya. Tetapi, kebanyakan dari manga bercerita tentang fantasi atau pun kehidupan yang seperti dalam mimpi. Banyak sekali orang yang terpengaruh sehingga mulai berimajinasi dan menginginkan kehidupan seperti dalam manga. Padahal di dalam kehidupan nyata kita tidak dapat meraihnya sebagai alur kehidupan kita.
Saat ini banyak sekali masyarakat kita yang membangun klub-klub pecinta komik manga. Yang kegiatannya mulai dari mengoleksi komik, belajar membuat komik, mengikuti kontes cosplay (bergaya/berbusana ala manga), dst. Banyak pula masyarakat Indonesia yang mulai mencoba membuat komik ala Indonesia, tetapi tetap saja terpengaruh oleh gaya manga Jepang, mulai dari gambarnya, ceritanya. Itu hal biasa, tetapi kalau namanya pun diambil dari nama-nama orang Jepang, seperti tidak ingin menjadi trendsetter hanya follower. Alasannya, karena ingin mengikuti selera pasaryang sudah terbiasa dengan alur cerita dan nama-nama Jepang. Komik sebagaimana esensinya sebagai seni rupa terapan, mengandung dua sudut representatif, pertama sebagai seni (idealisme), yang kedua sebagai seni yang mampu bergerak dalam bidang non-seni (aplikatif). Dalam artian luas, komik juga patut dianggap sebagai entitas massa yang ekonomis dan industrif. Tidak salah membuat komik dengan idealisme sebagai tombaknya. Tetapi, idealisme adalah sesuatu yang harus dibagi. Apa artinya jika idealisme untuk dinikmati sendiri dan kalangannya? Tahun 1950-an, di Indonesia komik merupakan bacaan yang sangat digemari. Genre komik Indonesia tempo dulu lahir dengan tema tradisional, pewayangan, legenda, dan perjuangan kemerdekaan. Dengan gaya Amerika yang kental mereka mengubah superhero Amerika menjadi milik lokal. Sesuatu hal yang tetap sama seperti sekarang bukan? Contohnya saja cerita Sri Marsi (adaptasi Woder Woman) karya R.A. Kosasih, Laba-Laba Merah (Spiderman) karya Kus Bram, Godam (Thor) karya Wid N.S, dan masih banyak lagi superhero Indonesia yang mengadaptasi dari superhero Amerika. Mereka berdampingan dengan komik silat Cina karya Kho Ping Ho dan S.H. Mintarja. Jika ditilik lebih lanjut, pengaruh yang lebih dahulu masuk pada komik Indonesia adalah pengaruh komik Cina. Karena itu kebanyakan komikus dahulu keturunan Cina. Bersama-sama, komik-komik mereka dijual hampir di seantero Indonesia, di emperan lah, do toko buku lah, hingga di penjual balon keliling jaman dulu. Saat itu adalah dimana komik Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tetapi karena semakin banyaknya pengarang komik yang hanya part-time saja, membuat kualitas komik semakin rendah juga kemalasan pada anak sekolah karena waktunya dihabiskan membaca komik menyebabkan komik dilarang. Karena pada saat itu para komikus bekerja sebagai single fighter bukan sebagai tim seperti sekarang. Tidak adanya dukungan yang cukup untuk memenuhi demand dari penerbit, diperburuk lagi tidak adanya generasi penerus, cukup untuk mengakhiri era komik lokal Indonesia. Sehingga seperti yang kalian lihat sekarang, jajaran rak di toko buku atau di emperan, penuh dengan manga buatan Jepang, atau komik buatan Amerika. Semakin ainglah orang-orang kepada komik lokal Indonesia. Nah, apakah kita sebagai generasi muda ingin tetap seperti ini? Hanya mengikuti ciptaan milik orang lain dan tak berinisiatif menjadi trendsetter? Semuanya tergantung diri masing-masing... Hidup Anime & Manga!!!!










































0 komentar: